Selasa, 24 April 2012

FF DARAGON : SECRET IN THE SNOW

 Fan Fiction (FF) ONESHOOT



Cast :
- Sandara Park  as Dara Park
- Kwon Jiyong    as Kwon Jiyong
- Lee Chaerin    as Chaerin (sahabat Dara)

THEME : Romance
AUTHOR : GITA SONG (GITA DHEBBY)

Dara Park adalah gadis berusia 21 tahun, yang berperawakan kecil, memiliki tinggi kira-kira 160 cm. Dara memiliki rambut sebahu, berwarna agak sedikit blonde. Hidungnya mancung dan memiliki bibir yang tipis. Bisa dibilang ia sangat baik dalam hal berpakaian. Saat ini ia bersekolah di Gyongju University.
Dara memiliki pacar yang sudah sekitar 2 tahun menemani, Kwon Jiyong. Usia Jiyong lebih tua 2 tahun darinya. Menurutnya Jiyong adalah pacar terbaik yang ia miliki, karena selain pintar dan tampan, Jiyong adalah orang yang menyenangkan dan sangat perhatian padanya. Jiyong selalu menemaninya kapanpun. Dan Jiyong adalah orang yang setiap hari membuatnya tersenyum dan tertawa. Bahkan Jiyong memiliki nama panggilan untuk Dara, yaitu Rabbit.
Namun tidak untuk hari ini. Sebenarnya kemarin Dara dan Jiyong sudah sepakat untuk bertemu di café yang tak jauh dari kampusnya pada pukul 8 malam. Ia memang sengaja datang lebih dulu dari Jiyong. Tapi entah kenapa sudah satu jam Jiyong belum datang juga, sudah berkali-kali ia meneleponnya. Hasilnya nihil, teleponnya tidak diangkat. Tadinya Dara berpikir yang positif tentang Jiyong saat ini, mungkin dia masih di jalan naik motor, jadi dia tidak mengangkat telepon Dara. Tapi lama-kelamaan pikiran itu berubah dengan pikiran baru yang menyebalkan, karena selama ini Jiyong tidak pernah telat saat bertemu dengannya. Jadi ia patut mencurigai Jiyong.
Akhirnya, Dara memutuskan untuk pulang. Dengan wajah muram ia kembali ke rumah. Karena kebetulan saat itu sedang turun salju, hawa yang dingin tidak dihiraukannya, sepanjang perjalanan Dara melangkah dengan perlahan sambil menendang-nendang kerikil yang mulai membeku. Begitu banyak pikiran yang tersangkut di kepalanya, “kemanakah Jiyong ? kenapa ia tidak mengangkat telepon dan memberiku kabar ?” ia bertanya dalam hati.
Sampai di penyeberangan, ia menoleh kanan kiri sambil menunggu bis yang datang. Suasana jalan sedang sepi, mungkin karena turun salju yang lumayan lebat saat itu. Sesekali Dara mengusapkan kedua tangannya agar hangat sambil menunggu bis. Tiba-tiba matanya dikejutkan oleh sesuatu di toko seberang jalan yang membuat tubuh Dara lemas. Kemudian Ia berlari menyebrang. Ia berlari mendekat untuk memastikan apakah yang dilihatnya adalah orang yang ia kenal. “Jiyong” ucap Dara lirih, hampir tidak terdengar. Ia hampir tidak percaya saat melihat Jiyong keluar dari toko bersama seorang wanita, yang mungkin beberapa tahun lebih tua darinya. Wanita itu memakai jins panjang dan sepatu berhak tinggi, dengan atasan kemeja. Jiyong terlihat selalu tersenyum saat sesekali berbicara dengan wanita itu. Dan mereka tampak bahagia saat berjalan bersama. “apakah karena wanita itu Jiyong melupakan janjinya dan bahkan tidak memberikan kabar ?” sekali lagi Dara bicara pada dirinya sendiri. Beberapa saat Dara memberanikan diri berusaha memanggil Jiyong, walaupun ia merasa lidahnya beku, karena tidak sanggup melihat kejadian malam itu.
“Jiyong-a” ucap Dara. Mungkin karena suara Dara yang agak berteriak, membuat kedua orang itu langsung menoleh ke belakang. Jiyong merasa kaget mendengar suara Dara, ia melihat Dara sudah berdiri beberapa meter dihadapannya.
“Dara, apa yang kau lakukan disini ?” Jiyong bertanya sambil mendekati Dara, sedangkan wanita yang bersamanya hanya diam.
“kenapa kau ada disini ?” Dara balik bertanya, suaranya mulai serak menahan isak tangis yang sepertinya sudah sampai ke tenggorokan. Jiyong mencoba untuk mendekatinya, namun tanpa pikir panjang, Dara langsung berbalik arah dan berlari sekuat tenaganya menghindari Jiyong dan langsung menaiki bis yang belum lama berhenti di halte.

◊◊◊

Esok paginya di kampus, Dara yang wajahnya terlihat kesal, terburu-buru meninggalkan parkiran, dibelakangnya tampak Jiyong yang berusaha mengejar Dara.
“Dara, tunggu sebentar.” Panggil Jiyong itu..
Dara enggan menoleh, ia malah mempercepat langkahnya. “Dara !!” teriak Jiyong. Dengan kesal, Dara berhenti dan berbalik arah menatap Jiyong.
“ah, jadi semalam kau melupakan janjimu karena pergi dengan wanita itu ?” ucap Dara dengan wajah menyindir.
“Dara, aku mohon dengarkan aku. Aku tidak pergi dengan wanita itu untuk berkencan, aku sedang ada perlu dengannya saja”  jelas Jiyong sambil memegang tangan Dara
“Apa ? urusan apa ?” jawab Dara ketus. “bukan seperti itu, sungguh aku bisa menjelaskannya padamu, kumohon dengarkan aku dulu Dara” Jiyong mulai memohon.
“Jiyong ! sudah cukup, aku tidak ingin dengar. Aku ingin masuk kelas !” Dara berbalik, dan mempercepat langkahnya menuju kelas, hampir setengah berlari, matanya sedikit mengeluarkan airmata.
Jiyong hanya diam melihat Dara berlari, ia mengerti apa yang dirasakan Dara. Mungkin saat ini Dara sedang emosi. Ia berniat akan menemuinya pulang kuliah.
◊◊◊
Saat pulang kuliah, Dara terburu-buru karena menghindari Jiyong, dan ternyata benar, ia melihat Jiyong menunggunya di gerbang. ia menarik tangan Chaerin, sahabatnya, kekantin belakang, agar tidak bertemu dengan Jiyong. Chaerin kaget karena tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka. Beberapa saat kemudian Dara menyempatkan diri untuk bercerita dengan Chaerin,
“Dara kenapa ? ada apa denganmu ?” Chaerin yang sejak tadi memperhatikan Dara, merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu. “Dara, ada apa ?” ucapnya sekali lagi sambil menggoyangkan bahu Dara.
“Chaerin-a, aku rasa aku tidak bisa meneruskan hubunganku dengan Jiyong” ucap Dara memulai pembicaraan. “Kenapa ? apa ada masalah? Bukankah selama ini hubungan kalian baik-baik saja ? Tanya Chaerin serius.
“Iya, sudah beberapa hari ini dia terlihat aneh, dia jarang menjemputku, dan yang paling mengejutkan, semalam aku sudah berjanji dengannya untuk bertemu, aku sudah menunggunya selama 2 jam, tapi ia tidak datang, dan ternyata aku melihatnya keluar dari toko kue dengan seorang wanita cantik” matanya menatap Chaerin dengan berkaca-kaca.
“Apa ? apa maksudmu dia selingkuh dengan wanita cantik ?” tanya Chaerin sambil tersenyum mengejek Dara.
“Chaerin-aaaa, Aku serius, aku tidak tahu, tapi aku rasa begitu”
“Dara, kau jangan seperti itu, ada baiknya jika kau bertanya padanya terlebih dahulu. Siapa tahu itu adalah saudara atau temannya” ucap Chaerin mencoba menenangkan Dara.
“mana mungkin itu adalah saudaranya, dia tidak memiliki saudara perempuan. Lagipula semalam aku melihat Jiyong selalu tersenyum pada wanita itu. Dan tampaknya wanita itupun menyukai Jiyong. Ah… dia benar-benar menyebalkan. aku tidak mau bertemu dengannya”
“kau tidak boleh putus dengannya seperti itu, kau harus menanyakan yang jelas pada Jiyong, kau tidak boleh bersikap egois”  Chaerin mencoba menasihati Dara. Dara hanya diam mengangguk, entah apa yang dipikirkannya.
“sekarang sudah sore, ayo kita pulang Dara”  Chaerin tiba-tiba menarik tangan Dara.

◊◊◊

Sampai dirumah, Dara sangat kesal jika mengingat kejadian semalam, apalagi mengingat wanita itu memang lebih cantik dan lebih dewasa darinya. Ia berpikir terus menerus tentang kejadian semalam, mengingat memang banyak kemungkinan hubungan Jiyong dengan wanita itu. Namun Dara tetap merasa kesal dan emosi. Ia berniat untuk tidak menjawab telepon Jiyong, namun dalam hatinya ia sangat menunggu panggilan dari Jiyong, namun sampai jam 10 malam, Jiyong belum menelepon juga bahkan tidak memberikan kabar. Hal itu menambah emosi Dara yang semakin memuncak. “Ini membuatku hampir gila. Ada apa dengannya ? kenapa dia seperti ini ?” Dara berbicara sendiri sambil memukul pelan bantal disebelahnya, tanda bahwa ia bernar-benar kesal.
Lalu tiba-tiba terdengar suara ibunya memanggil, ia lekas menghampiri “eomma, ada apa ?” Tanya Dara.
Ibunya hanya diam sembari memberikan telpon yang digenggamnya pada Dara. Wajahnya menunjukkann ekspresi yang aneh, tapi Dara tidak menanyakannya kenapa. Dara menerima telepon itu, setelah Dara bilang hallo terdengar suara isak tangis seorang wanita di telepon itu. Dara hanya diam mendengarkan penjelasan singkat wanita itu, lalu tiba-tiba air matanya pun ikut mengalir. Ia semakin tidak bisa berpikir lagi, ia tidak sanggup untuk lebih lama mendengarkan suara itu di telepon. Dara menutup teleponnya
Ia bergegas menuju kamar dan langsung berganti pakaian. Ibunya sudah menunggu didalam mobil. mereka menuju ke sebuah rumah sakit. Di jalan , Dara hanya menangis..
Akhirnya sampai di rumah sakit, Dara langsung berlari ke dalam. Ia berlari sekuat tenaga. Lalu tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat seorang wanita yang tadi meneleponnya. Dara pun berjalan pelan ke arahnya. Ekspresi wajahnya saat ini sama persis dengannya, wanita itu juga sedang menangis. melihat kedatangan Dara, wanita itu menghampiri dan memeluknya. Isak tangis wanita itu membuat Dara lemas.
“apakah Jiyong baik-baik saja Eomma ?” Tanya Dara perlahan. Ia mulai bisa mengendalikan perasaannya.
“ibu tidak tahu, tadi sore keadaan Jiyong baik-baik saja, tapi beberapa jam yang lalu penyakit Jiyong kambuh” jawab ibu Jiyong sambil menangis terisak.
Deg . jantung Dara tiba-tiba terasa mau lepas. “penyakit ? penyakit apa ? apa yang sebenarnya terjadi pada Jiyong?” Dara mulai panik saat bertanya pada ibu Jiyong.
“apa Jiyong tidak pernah cerita padamu Dara ? Jiyong punya penyakit Leukimia. Sudah beberapa bulan ini penyakitnya sering kambuh, maka dari itu, ibu menyuruhnya untuk sering check up bersama Dr.Lee” cerita ibu Jiyong sambil menggenggam tangan Dara erat.
Beberapa saat kemudian Dara kaget, melihat wanita yang waktu itu pergi bersama Jiyong, ia keluar dari ruangan Jiyong dirawat. Wanita itu diam menatap kami, dan seolah dia berat untuk mengatakan sesuatu. Tidak berapa lama, ia memeluk ibu Jiyong dan tangisnya mulai terdengar perlahan. Ia benar-benar terlihat tidak sanggup untuk berbicara. Namun akhirnya ia mengatakan sesuatu hal yang tidak ingin kami semua dengar.
“ibu, maaf. Ka kami semua sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kami tidak bisa menyelamatkan Jiyong, ka kam mi minta maaf.” Wanita itu kembali memeluk Ibu Jiyong yang sepertinya tangisnya mulai pecah.  Suasana di ruangan itu pun mulai sunyi senyap, hanya terdengar suara tangisan yang tidak bisa tertahan lagi.
Lalu bagaimana dengan Dara ? Dara yang sejak tadi diam memperhatikan penjelasan wanita itu, tiba-tiba tubuhnya melemas dan seluruh badannya terjatuh ke lantai. Ia terus menangis sekencang-kencangnya dan tidak berdaya. Ibunya mencoba untuk menenangkan. Tetapi itu rasanya tidak berpengaruh untuk Dara saat ini.
Beberapa saat kemudian ia menguatkan diri untuk masuk ke ruangan. Air matanya mulai mengucur deras ketika melihat mata Jiyong tertutup dan tubuhnya yang diam terbujur diatas kasur, ia mendekati dan memeluk tubuh Jiyong dengan erat, sesekali ia menggoyang-goyangkan tubuh Jiyong, dan memanggil namanya sambil menangis terisak. Entah berapa banyak airmata yang ia keluarkan, entah berapa lama ia menangis, ia tidak peduli, yang dia inginkan saat ini adalah agar Jiyong kembali. Ia menyesali apa yang telah ia perbuat pada Jiyong akhir-akhir ini. Kenapa ia tidak mendengarkan Jiyong ? kenapa Jiyong tidak bercerita padanya. Kenapa dan kenapa. Hanya itu pikiran yang terlintas di hati Dara. Ia seakan tidak percaya kalau Jiyong akan pergi meninggalkannya untuk selamanya.

3 komentar: